Welcome to my blog, enjoy reading.

Senin, 07 Desember 2009

makalah kesehatan lingkungan

PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu materi alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan serta memelihara kebersihan lingkungan hidup. Penggunaan air tanah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air minum dan air bersih karena terbatasnya penyediaan air bersih dan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)..

Di Indonesia akibat penggunaan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan, tiap tahun diperkirakan lebih dari 3,5 juta anak di bawah usia tiga tahun terserang penyakit radang saluran pencernaan dan diare dengan jumlah kematian 3% atau sekitar 105.000 jiwa. Adanya senyawa kimia berbahaya yang terlarut dalam air dapat berakibat fatal jika kadarnya berlebih dan jika jumlahnya sedikit berlebih pada penggunaan jangka lama akan tertimbun dalam jaringan tubuh dan menimbulkan efek yang merugikan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Dari pernyataan diatas sekiranya penulis sangatlah perlu untuk memberi suatu pengetahuan kepada masyarakat khususnya mengenai tingkkat kandungan kadar besi dari air minum tersebut walaupun tidak secara panjang lebar. Diharapkan masyarakat mengetahui dan biasa mempraktekkan pengetahuan yang didapat dari makalah ini.













PEMBAHASAN

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya serata fungsinya takkan tergantikan oleh senyawa lainnya hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia adalah sangat membutuhkan air mulai dari membersihkan diri, cuci piring, cuci baju. Air konsumsi adalah air yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas AirMinum yaitu kadar Fe sebesar 0,3 mg/l. Secara kualitas, ditemukan beberapa penyimpangan terhadap parameter kualitas air bersih, baik kualitas fisik, kimia, biologi, ataupun radioaktif. Penurunan kualitas air diantaranya diakibatkan oleh adanya kandungan besi yang sudah ada pada tanah karena lapisan- lapisan tanah yang dilewati air mengandung unsur-unsur kimia tertentu, salah satunya adalah persenyawaan besi. Besi merupakan mineral yang sangat dibutuhkan manusia dan dapat diperoleh dari air yang kita minum. Sebagian besar keperluan air berasal deari PAM (air ledeng) juga bahan baku berasal dari sungai. Oleh karena itu kualitas dan kuantitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara. Didalam air banyak terkandung unsure-unsur yang berbahaya (kotor) dan tidak bersih. Unsur-unsur tersebut salah satunya adalah besi.
Besi adalah salah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan aiar tanah. Adanya unsur-unsur dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan unsure-unsur tersebut. Namun, air minum yang mengandung kadar besi yang berlebihan berpengaruh terhadap nilai estetika (warna, endapan dan rasa) dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Persyaratan kadar besi dalam air minum dianjurkan tidak lebih dari 0,3 mg/l. Oleh karena itu, masyarakat ingin mengetahui apakah salah satu parameter (besi) pada sumber air minum rumah tangga telah memenuhi syarat air minum.
Zat besi merupakan suatu unsur tersebut yang merupakan unsure yang penting atau berguna untuk metabolisnme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh memelurkan 75 mg unsure tersebut perhari, yang tidaka hanya diperoleh dari air. Konsentrasi unsure besi dalam air yang melebihi 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanay unsure ini juga dapat menimbulkan baud an warna pada air minum dan warna koloid air. Selain itu konsentrasi yang lebih besar dari 1 mg/l dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan memberirasa yang tidak enak pada minuman kecuali dapat membentuk endapan pada pipa logam dan bahan cucian.
Atas dasar pertimbangan tersebut diatas maka ditetapkanlah standar konsentrasi air minum besi dalam air minum oleh Depkes RI sebesar 0.1-1.0 mg/l. dengan dipenuhinya standart tersebut diharapkan berbagai kemungkinan yang terjadi dimasyarakat mengenai efek negatif dapat dihindari serta dicegah. Negara yang perkembangan ekonominya masih labil biasanya standart kualitas air minumnya pun tidak seketat dengan standart air minum negara maju, karena kemampuan ekonomi yanitu dalam hal mengolah air dengan teknologi modern atau canggih cenderung sangat sulit dipenuhi. Pengolahan pun masih dapat dikatakan tradisional untuk ukuran negara maju. Parameter standart air minum:
1. Parameter Fisik
2. Parameter kimiawi
3. Parameter biologis dan
4. parameter radiologis.
Kandungan besi yang terdapat pada air merupakan salah satu parameter kimia, adanya unsur-unsur tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur yang berguna bagi metabolisme tubuh. Unutk kebutuhan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur perhari yang diperoleh dari air.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka peneliti mengadakan percobaan dengan menggunakan zeolit untuk menurunkan kadar Fe yang terdapat dalam air . Pertukaran ion merupakan proses pertukaran kimia di mana zat yang insoluble memisahkan ion-ion bermuatan positif atau negatif dari larutan elektrolit dan melepaskan ion-ion bermuatan sejenis ke dalam larutan yang secara kimiawi jumlahnya sama. Proses pertukaran ion ini tidak menyebabkan perubahan struktur fisik penukar ion. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan reaksi pertukaran ion dapat dilihat pada Persamaan 1. B + + (R − )A + ⇔ A + + (R − − )B + (1) di mana R- merupakan kelompok fungsional pada resin yang bermuatan negatif (Grinstead dan Pallman, 1993). Secara umum terdapat dua teori yang telah dikembangkan untuk menghitung kesetimbangan pertukaran ion, yang berupa reaksi kimia dan fenomena membran.
Untuk menjadi penukar ion yang efektif, suatu resin penukar ion harus mempunyai ion-ion yang mudah bertukar dalam struktur yang tidak mudah larut dalam air, dan ruangan yang cukup dalam strukturnya untuk menjamin kebebasan ion-ion bergerak keluar dan masuk dalam matriks bahan. Kapasitas operasi dari suatu resin berhubungan dengan kecepatan aliran melalui kolom, kedalaman kolom, koefisien selektifitas, ukuran ion-ion yang akan dipertukarkan, banyaknya regenerant yang digunakan, komposisi dan konsentrasi air baku, suhu dan kualitas air yang diinginkan. Bila ditempatkan di dalam air, resin penukar ion akan mengalami pengembangan dan ion-ion akan mudah berdifusi masuk dan keluar dari strukturnya. Luasnya pengembangan ini merupakan fungsi dari kadar crosslinking. Kerapatan resin penukar ion dapat dinyatakan sebagai bulk density (berat per satuan volume total) atau sebagai specific gravity (berat per satuan volume partikel). Adsorpsi didefinisikan sebagai pengambilan molekul-molekul oleh permukaan luar atau permukaan dalam suatu padatan adsorbent atau oleh permukaan larutan. Tingkat adsorpsi (rate of adsorption) menentukan waktu detensi yang dibutuhkan untuk pengolahan, dan ukuran atau skala dari sistem adsorpsi yang akan diterapkan. Kinetika proses menggambarkan tahapan di mana molekul dipindahkan dari larutan ke pori-pori partikel adsorbent.Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkatan terjadinya adsorpsi tersebut adalah agitasi, karakteristik adsorbent, daya larut, ukuran molekul zat terlarut, pH larutan dan temperatur larutan.
Contoh aplikasi dalam Metodologi: Adapun variabel penelitian pada sistem percobaan kontinyu adalah diameter butir zeolit (10, 20, 30, dan 40 mesh), konsentrasi awal Fe (3, 2, dan 1 mg/ l). Sedangkan parameter yang konstan yang digunakan adalah pH, temperatur (26o – 29o C), serta debit influen (30 ml/detik) Pengukuran butiran zeolit dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil FTSPITS dengan analisa ayakan, untuk mendapatkan diameter butir yang sesuai untuk digunakan dalam
penelitian. Hasil dari tiap-tiap ayakan yaitu ayakan lengser dengan diameter lebih kecil dari 40 mesh, tidak digunakan dalam penelitian. Ayakan 50 mesh menghasilkan diameter 40 mesh, ayakan 40 mesh menghasilkan diameter 30 mesh, ayakan 30 mesh menghasilkan diameter butir 20 mesh, ayakan 20 mesh menghasilkan diameter butir 10 mesh serta ayakan 10 mesh dan 5 mesh tidak digunakan lagi pada penumbukan.
Nilai kapasitas tukar kation (KTK) didapatkan dari Persamaan 2. ( ) (a b) g KTK meq 100gr = 25 − (2), dimana:
a = ml KH(IO3)2 untuk titrasi sampel
b = ml KH(IO3)2 untuk titrasi blanko
g = gram contoh zeolit
Nilai kapasitas adsorpsi (KA) didapatkan dari Persamaan 3. KA (meq/100 gr) = 20 (ml NaOH blanko – ml NaOH sampel) N NaOH (3) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki konsentrasi Fe buatan sebesar 1 mg/l; 2 mg/ l; 3mg/l. Fe buatan dibuat dengan menggunakan Fe (NH4)2 (SO4)2. 6H2O karena Fe dalam Fe (NH4)2 (SO4)2. 6H2O berbentuk Fe2+ yang terlarut dan relative stabil sehingga dapat dianalogkan dengan keberadaan Fe dalam air tanah yang umumnya juga berbentuk Fe2+.
Zeolit adalah suatu jenis mineral yang tersusun dari silika (SiO4) dan alumina (AlO4) dengan ronggarongga di dalamnya yang berisi ion-ion logam, biasanya logam alkali dan alkali tanah, dan molekul air. Setiap jenis zeolit juga mempunyai urutan selektifitas pertukaran ion yang berbeda. Beberapa karakteristik dan sifat yang mempengaruhi selektifitas pertukaran ion pada zeolit yaitu struktur terbentuknya zeolit yang berpengaruh pada besarnya rongga yang terbentuk serta efek mengayak dari zeolit, mobilitas kation yang diperlukan, efek medan listrik yang ditimbulkan kation serta difusi ion ke dalam larutan energi hidrasi. Zeolit mempunyai kapasitas yang tinggi sebagai penyerap. Hal ini disebabkan karena zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan konfigurasi dari molekul. Mekanisme adsorpsi yang mungkin terjadi adalah adsorpsi fisika (melibatkan gaya Van der Walls), adsorpsi kimia (melibatkan gaya elektrostatik), ikatan hidrogen dan pembentukan kompleks koordinasi. Besi merupakan salah satu unsur pokok alamiah dalam kerak bumi. Keberadaan besi dalam air tanah biasanya berhubungan dengan pelarutan batuan dan mineral terutama oksida, sulfida karbonat, dan silikat yang mengandung logam-logam tersebut










PENUTUP

A. KESIMPULAN
a) Parameter standart air minum adalah:
1. Parameter Fisik
2. Parameter kimiawi
3. Parameter biologis dan
4. parameter radiologis
b) Air konsumsi adalah air yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas AirMinum yaitu kadar Fe sebesar 0,3 mg/l.
c) Besi adalah salah satu dari lebih unsure-unsur penting dalam air permukaan dan aiar tanah. Adanya unsure-unsur dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan unsure-unsur tersebut.





B. SARAN
Kepada masyarakat agar selalu atau lebih memperhatikan sanitasi air disekitarnya. Bila ada kejanggalan baik dalam hal warna, rasa, baud an lainnya dapat menghubungi pemerintah setempat agar dapat ditanggulangi dengan cepat.
Untuk pemerintah setempat yang berkompenten didalamnya agar lebih disosialisasikan dan diperiksa akan kualitas air dimsyarakat tersebut.







DAFTAR PUSTAKA

- Arifin, M dan Harsodo, (1990). Zeolit Alam. Direktorat Jendral Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Teknologi Mineral Bandung, Bandung.
- Benefield, L.D. (1992), Process Chemistry for Water and Wastewater Treatment. Prentice Hall Inc., Englewood Cliff, New Jersey.
- Tim penyusun. Modul praktikum kesehatan lingkungan. Stikes Surya Global. Yogyakarta. 2008

Senin, 30 November 2009

Diagnostic Related Group

1.Sejarah Diagnostic Related Group
Diagnostic Related Group (DRG) merupakan salah satu sistem pembayaran praupaya (PPS/Prospective Payment System). DRG mulai diperkenalkan pertama kali oleh Profesor Bob Fetter dan Jon Thompson dari Yale University pada tahun 1980. DRG mulai digunakan sebagai metode pembayaran praupaya pada program medicare tahun 1983. Seiring dengan berkembangnya industri asuransi, DRG pun mulai dikenal di Indonesia.

2. Pengertian Diagnostic Related Group
DRG adalah suatu sistem pemberian imbalan jasa pelayanan kesehatan pada penyedia pelayanan kesehatan (PPK) yang ditetapkan berdasarkan pengelompokkan diagnosa penyakit. Diagnosis dalam DRG sesuai dengan ICD-9-CM (International Classification Disease Ninth Edition Clinical Modification) dan ICD-10. Dengan adanya ICD memudahkan dalam pengelompokkan penyakit agar tidak terjadi tumpang tindih. Pengelompokkan diagnosis ditetapkan berdasarkan dua prinsip yaitu clinical homogenity (pasien yang memiliki kesamaan klinis) dan resource homogenity (pasien yang menggunakan intensitas sumber-sumber yang sama untuk terapi/kesamaan konsumsi sumberdaya).
Alasan perlu adanya klasifikasi penyakit adalah bahwa rumah sakit memiliki banyak produk pelayanan kesehatan sehingga dengan adanya klasifikasi tersebut dapat menerangkan dari berbagai produk tersebut. Selain itu, dapat juga membantu klinisi dalam meningkatkan pelayanan, membantu dalam memahami pemakaian sumberdaya dan menciptakan alokasi sumberdaya yang lebih adil, meningkatkan efisiensi dalam melayani pasien serta menyediakan informasi yang komparatif antar rumah sakit.

3. Data yang harus ada dalam Diagnostic Related Group
Syarat dalam keberhasilan implementasi DRG tergantung pada 3C (coding, costing, dan clinical pathway).
a. Coding
Coding for diagnostic (ICD-10)
Coding for procedures (ICD-9 CM)
Proses terbentuknya tarif DRG tidak terlepas dari adanya peran dari sistem informasi klinik rekam medis, dimana rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan layanan lain kepada pasien pada layanan kesehatan baik untuk rawat jalan maupun rawat inap yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Tujuan rekam medis untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tertib administrasi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit, sehingga keberhasilan pelaksanaan DRG pun sangat tergantung dengan data pada rekam medis. Tak jauh berbeda dengan data dalam rekam medis, data dasar dalam INA-DRG terdiri dari :
1) Nama pasien
2) Tanggal masuk RS
3) Tanggal keluar RS
4) Lama rawatan (Length of Stay/LOS)
5) Tanggal lahir
6) Umur dalam tahun ketika masuk RS, umur dalam hari ketika masuk RS
7) Jenis kelamin
8) Status ketika pulang (discharge)
9) Berat badan baru lahir (gram)
10) Diagnosis utama, diagnosis sekunder (komplikasi, komorbiditi)
11) Tindakan pembedahan
b. Costing
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan pembiayaan untuk DRG yaitu :
1) Top Down Costing
2) Activity Based Costing
c. Clinical Pathway
Clinical Pathway adalah dokumen perencanaan pelayanan kesehatan terpadu yang merangkum setiap langkah yang dilakukan pada pasien mulai masuk RS sampai keluar RS berdasarkan standar pelayanan medis, standar asuhan keperawatan, dan standar pelayanan tenaga kesehatan lainnya yang berbasis bukti dengan hasil yang dapat diukur (Tim Casemix).
Tujuan clinical pathway antara lain : memfasilitasi penerapan clinical guide dan audit klinik dalam praktek klinik, memperbaiki komunikasi dan perencanaan multidisiplin, mencapai atau melampaui standar mutu yang ada, mengurangi variasi yang tidak diinginkan dalam praktek klinik, memperbaiki komunikasi antara klinisi dan pasien, meningkatkan kepuasan pasien, identifikasi masalah riset dan pengembangan.

4. Tujuan Diagnostic Related Group
a. Kontrol biaya, jika biaya ditetapkan secara prospektif dan dibayar dengan tanpa melihat lama tinggal pasien, rumah sakit didorong untuk menghindari biaya yang tidak penting, khususnya jika ekses dari angka pembayaran melebihi biaya aktual yang optimal. Berdasarkan indeksasi, metode per diem yang ada dari pembayaran tetap kecuali bahwa biaya yang reasonable disesuaikan dengan jumlah komplesitas casemix.
b. Jaminan mutu, program jaminan mutu dijalankan terutama melalui pemanfaatan/utiization. Melalui data DRG yang berguna untuk evaluasi perawatan medis. Data akan memungkinkan bagi komite yang sesuai untuk membuat perbandingan untuk pembiayaan, beban/ongkos (charge), dan lama tinggal, dan pelayanan individual menurut kelompok penyakit antar rumah sakit. Permasalahan yang dicurigai dapat diuji lebih lanjut dengan informasi yang dibutuhkan, yang diperoleh melalui diagnosis dalam DRG.
c.Perencanaan, informasi berdasarkan DRG dapat berguna untuk berbagai macam keperluan/tujuan. Dalam beberapa hal, DRG dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan staf tenaga medik dalam kasus-kasus tertentu akibat dari perubahan volume bauran casemix. Data DRG juga bisa digunakan sebagai informasi bagi pihak ketiga sebagai payer untuk membandingkan provider mana yang menghasilkan pelayanan pada unit cost yang paling rendah.

5. Macam Diagnostic Related Group
a. Medicare Diagnostic Related Group, merupakan modifikasi versi pertama DRG oleh HCFA (Health Care Financing Administration) dan di update oleh HCFA, hanya mencakup usia > 65 tahun, neonatus dan beberapa penyakit anak tidak terlingkupi, komorbiditas dan komplikasi (dua kelompok), terdapat 492 kelompok DRGs.

b. Refined Diagnostic Related Group, modifikasi Medicare DRGs khususnya dalam diagnosis sekunder, kelompok untuk neonatur tersedia, menggunakan LOS dalam pengelompokkan, terdapat 1170 DRGs.

c. All Patient Diagnostic Related Group (AP-DRGs), berdasarkan pada Medicare DRGs, dikembangkan tidak hanya untuk pasien Medicare, kelompok neonatus dan penyakit anak tersedia dan infeksi HIV tersedia (MDC HIV 24 group), menggunakan LOS dan kematian dalam pengelompokkan, terdapat 641 DRGs.

d. All Patient Refined Diagnostic Related Group (APR-DRGs), penyempurnaan dari AP-DRGs, cakupan untuk neonatus dan pediatri lebih baik, infeksi HIV tersedia, multiple trauma MDC, tidak menggunakan LOS dalam pengelompokkan, komorbiditas dan komplikasi (empat kelompok), terdapat 1530DRGs.

e. International Refined Diagnostic Related Group (IR-DRGs), mengembangkan sistem DRG yang dapat disesuaikan dengan kondisi lokal (ICD-9, ICD-10, ICD-10 PCS), mengembangkan struktur DRG yang bisa disesuaikan dengan variasi kondisi klinis lokal, terdapat 965 DRGs.

6. Keuntungan Diagnostic Related Group
Beberapa keuntungan dari pengimplementasian metode DRG yaitu :
a. Bagi rumah sakit yaitu sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu standar pelayanan kesehatan, memantau pelaksanaan program ”Quality Assurance”, memudahkan mendapatkan informasi mengenai variasi pelayanan kesehatan, dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan, dapat mempelajari proses pelayanan pasien, adanya rencana pelayanan pasien yang tepat, dan dapat dijadikan sebagai alat perencanaan anggaran rumah sakit.

Bagi pasien, yaitu memberikan prioritas pelayanan kesehatan berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang baik, mengurangi/meminimalkan risiko yang dihadapi pasien, dan mempercepat pemulihan dan meminimalkan kecacatan.

Bagi institusi kesehatan, yaitu dapat mengevaluasi dan membandingkan kinerja rumah sakit, benchmarking, area untuk audit klinis, mengembangkan kerangka kerja klinis dan alur pelayanan kesehatan (SOP), dan menstandardisasi proses pelayanan kesehatan di rumah sakit.

7. Langkah Awal Penentuan Diagnostic Related Group
Pada pedoman Daftar Penggolongan Penyakit dan Tindakan serta Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Tahun 2008 yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI terdapat penggolongan 23 Major Diagnostic Categories (MDC) yang terbagi dalam 1077 diagnosis penyakit. Tarif pelayanan askes ini meliputi tarif pelayanan rawat inap (Inpatient Procedure) dan rawat jalan (Ambulatory Procedure) untuk rumah sakit tipe A, B, C, D, RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSAB Harapan Kita, RSJP Harapan Kita, dan RS Kanker Dharmais. Komponen biaya yang ada dalam tarif INA-DRG meliputi jasa pelayanan, biaya pemeriksaan penunjang, biaya obat dan alat habis pakai, biaya akomodasi, dan biaya administrasi.

MDC
Keterangan MDC
01 Disease and Disorders of the Nervous System
02 Disease and Disorders of the Eye
03 Disease and Disorders of the Ear, Nose, Mouth, and Throat
04 Disease and Disorders of the Respiratory System
05 Disease and Disorders of the Circulatory System
06 Disease and Disorders of the Digestive System
07 Disease and Disorders of the Hepatobiliary System and Pancreas
08 Disease and Disorders of the Musculoskeletal System and Conn Tissue
09 Disease and Disorders of the Skin, Subcutaneous Tissue, and Breast
10 Disease and Disorders of the Endocrine, Nutritional, and Metabolic System
11 Disease and Disorders of the Urinary Tract
12 Disease and Disorders of the Male Reproductive System
13 Disease and Disorders of the Female Reproductive System
14 Childbirth
15 Newborns and Other Neonates
16 Diseases and Disorders of Blood, Blood Forming Organs, Immunolog Disorders
17 Myeloproliferative Diseases and Disorders, Poorly Differentiated Neoplasm
18 Infectious and Parasitic Diseases, Sistemic or Unspecified Sites
19 Mental Diseases and Disorders
20 Alcohol/Drug Use and Alcohol/Drug Induced Organic Mental Disorders
21 Injuries, Poisonings, and Toxic Effects of Drugs
22 Factors Influencing Health Status and Other Contacts With Health Service
23 Medical Outpatient Visit

Penentuan Diagnostic Related Group harus ditentukan lebih dulu sebelum ditetapkan tarif, diagnosis yang ada dikelompokkan dengan menggunakan flow chart seperti gambar diatas. Principal diagnostic adalah diagnosis yang berdasarkan International Disease Classification (ICD) yaitu kondisi yang dinilai sebagai penyebab utama pasien masuk rumah sakit. Major Diagnostic Category (MDC) yang terdiri dari 23 MDC dalam INA-DRG terdiri dari dua yaitu sistem organ yang terkena penyakit dan jenis penyakit. Misalnya dalam kasus diagnosis penyakit diare, sistem organ yang terkena adalah sistem saluran pencernaan dan jenis penyakitnya adalah penyakit infeksi dan parasit. Kemudian ditentukan apakah perlu untuk dilakukan tindakan pembedahan atau tidak. Tetapkan apakah umur, komplikasi, komorbiditas berpengaruh.

Dalam DRG juga dikenal istilah trimming yaitu suatu metode yang digunakan oleh pihak rumah sakit untuk menyingkirkan kelompok pasien yang tidak biasa dengan tujuan untuk melindungi rumah sakit dari kerugian finansial yang besar akibat dari kasus-kasus mahal. Dimana kasus-kasus ini dikenal dengan istilah kasus outlier yaitu kasus-kasus yang memiliki LOS yang cukup lama dan banyak menyerap sumberdaya. Pasien dengan lama tinggal pendek atau lama tinggal panjang yang tidak khas untuk suatu kelompok tertentu dipisahkan dari pasien lain. Mereka dinyatakan sebagai outlier. Jumlah dari outlier tergantung pada trim (cut off/titik potong) yang akan membedakan pasien yang memiliki lama hari tinggal khas/tidak. Setiap DRG memiliki paling tidak satu titik potong dan juga memiliki trim/titik terendah (low stay). Semua hal dipertimbangkan, semakin sempit titik potong semakin besar jumlah outliernya, atau pasien terlihat sebagai anomali medis. Titik potong bisa saja didasarkan pada kriteria statistik atau medis, seperti kebijakan prerogatif penetapan nilai oleh agensi. Arsitek dari DRG, Perist dari Yale University, mendefinisikan kurang dari 5% pasien sebagai outlier.

Semoga tulisan yang sedikit ini dapat membantu bagi teman-teman yang ingin mengetahui tentang DRG, diharapkan juga bagi teman-teman yang mengetahui tentang informasi DRG terbaru mohon sharing informasinya agar selalu bisa memantau perkembangan dunia asuransi kesehatan Indonesia.

Daftar Pustaka

Aljunid, S. M. (2006) Role of Casemix in Health Care System. Jakarta : First National Symposium on Casemix.

Aljunid, S. M. Introduction to Casemix. Kualalumpur : Department of Community Health, Faculty of Medicine, Universiti Kebangsaan Malaysia.s

Baker, J.J. (2002) Medicare Payment for Hospital Inpatient : Diagnosis Related Group. Journal of Health Care Finance, 28 (3).

Cleverly, W.O. (1997) Essentials of Health Care Finance. Maryland : Aspen Publication.

Depkes RI. (2007) Rencana Kerja Implementasi Casemix 15 RS Pilot Project di Indonesia. Jakarta : Ditjen Bina Pelayanan Medik.

Depkes RI. (2008) Daftar Penggolongan Penyakit dan Tindakan serta Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Tahun 2008. Jakarta : Ditjen Bina Pelayanan Medik.

Grimaldi, P.L. and Micheletti, J.A. (1983) Diagnosis Related Group: A Practitioners Guide. Chicago : Pluribus Press.

Gong, Z., Zhao, Q., Su, W., Mao, Z., Jiang, J., and Huang M. (2004) Study on Feasibility of Setting up DRG payment in China. Chengdu : University Sichuan.

Hartono, D. (2004) Determinan Tagihan Rawat Inap Rumah Sakit. Disertasi. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hendrartini, J. (2007) Metode Pembayaran Dokter : Konsep, Praktek, dan Dampak Terhadap Kualitas Pelayanan Dokter. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Hendrartini, J. (2008) Strategi Implementasi Pembayaran Diagnostic Related Group di Rumahsakit. Dalam Seminar Solusi Strategis Permasalahan Klaim dan Pembayaran Rumahsakit dalam Konteks Askeskin, 18-20 Maret 2008. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Heru, A. (2006) Analisis Biaya Pelayanan Rumah Sakit Berbasis Standar Pelayanan Medis Sebagai Dasar Penetapan Tarif Diagnostic Related Group (Casemix). Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Hidayat, M. K. S. (2000) Pengembangan Sistem Tagihan Dengan Model Diagnosis Related Group di Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Tesis. Yogyakarta : MMR, Universitas Gadjah Mada.

Komite Medik RSUP Sardjito. (2000) Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito. Yogyakarta : Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Kusnanto, H. (2001) Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Kusnanto, H. (2007) Diagnosis Related Group : Peran Sistem Informasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Levy, V. M. (1992) Financial Management of Hospital. Sydney : The Law Book Company.

Riyarto, S. (2006) Casemix Diagnosis Related Group Sebagai Alternatif Pengendalian Biaya Rumah Sakit. Jakarta : First National Symposium on Casemix.

Sabarguna, B. S. (2005) Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta : Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng_DIY.

Setiadi, I. (2000) Analisis Variasi Komponen Biaya Pelayanan Pada Empat Diagnosis Rawat Inap Terbanyak di Rumah Sakit Jasa Kartini Tasikmalaya Antara Bulan Mei 1998 – April 2000. Tesis. Yogyakarta : MMR, Universitas Gadjah Mada.

Sjaaf, A. C. (2006) Tantangan Implementasi Casemix di Indonesia. Dalam First Indonesian-Malaysian Casemix Conference, 19-21 November 2006. Batam.

Sulastomo. (1999) Pembiayaan Kesehatan : Dari Asuransi Ke Managed Care Concept. Jakarta : Asuransi Kesehatan Indonesia.

Tim Casemix. (2008) Clinical Pathway dalam Sistem Casemix. Dalam Seminar Solusi Strategis Permasalahan Klaim dan Pembayaran Rumahsakit dalam Konteks Askeskin, 18-20 Maret 2008. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.


sumber:www.nythrie.blogspot.com

Ingin Sehat? Tertawalah

Ingatkah terakhir kali Anda tertawa terbahak-bahak? Kalau sudah tak ingat, mungkin kini sudah waktunya memulai lagi. Sebab, tertawa terbahak-bahak dipercaya bisa membuat jiwa dan raga lepas dari impitan berbagai beban masalah. Setidaknya begitulah diyakini ribuan orang yang mendatangi Ashram Ratu Bagus, Dusun Muncan, Karang Asem, Bali, baru-baru ini.

Para peserta terapi tertawa ini mengaku merasakan kebahagiaan yang diyakini bisa melancarkan aliran darah dan membuat kontrol emosi dan otak menjadi lebih baik. Karena itu, tak sedikit dari peserta yang berasal dari lokal maupun mancanegara ini menginap beberapa hari di Ashram Ratu Bagus untuk mengikuti semua tahapan untuk mendapatkan kesempurnaan pengobatan.

Metode ini adalah cara pengobatan diri. Menurut sang guru Ratu Bagus, ia hanya membantu murid-muridnya membangkitkan energi bioelektrik di tubuh setiap peserta didiknya.

sumber:www.liputan6.com

Rabu, 25 November 2009

Salah Diagnosis, Pasien Dinyatakan Koma 23 Tahun

Seorang pria Belgia mengalami salah diagnosis oleh dokternya. Ia dinyatakan koma oleh sang dokter, meski sebenarnya sadar. Ironisnya, hal ini baru terungkap 23 tahun kemudian. Demikian dilansir BBC, Selasa (24/11).

Staf medis meyakini Rom Houben telah mengalami koma setelah terluka dalam kecelakaan mobil pada 1983. Baru pada 2006, dokter dari Universitas Liege, Liege, Wallonia, Belgia, menemukan bahwa meski lumpuh, otak Houben masih berfungsi. Menurut dokter, kasus ini tidaklah aneh.

Menurut wartawan BBC, Dominic Hughes, kasus ini mengungkap bagaimana orang yang dalam keadaan koma merasa terperangkap dalam tubuh mereka. Orang-orang tersebut diyakini sangat berharap untuk dapat berkomunikasi. Kini ia berkomunikasi dengan menggunakan keyboard khusus yang melekat pada kursi rodanya.

Kisah Houben ini terungkap dalam sebuah makalah yang ditulis oleh Steven Laureys. Dia adalah seorang dokter di Universitas Liege. Dalam makalahnya, Laureys mengatakan, di sekitar 40 persen kasus ketika manusia berada dalam keadaan vegetatif, pemeriksaan dekat akan bisa mendeteksi tanda-tanda kesadaran mereka.(YUS)

sumber:http://kesehatan.liputan6.com/berita/200911/252221/Salah.Diagnosis.Pasien.Dinyatakan.Koma.23.Tahun